Sampul Buku Les Miserables (http://ecx.images-amazon.com/images/I/81s4%2BfCPB9L.jpg) |
Pada mulanya saya tidak pernah mengetahui Victor Hugo, sastrawan Perancis abad 18, sebelum membaca roman tetralogi karya Pramoedya A.T. Lebih tepatnya, dalam Bumi Manusia. Dalam roman Bumi Manusia tersebut ada satu momen dimana Nyai Ontosoroh menyebutkan sastrawan Pernacis tersebut. Tokoh Nyai Ontosoroh dalam roman tersebut bisa dibilang perempuan yang pintar dan langkah dimasa-masa belanda masih menjajah Indonesia. Dari situ saya penasaran dengan Victor Hugo. Kemudian saya berpikir, pasti Bung Pram pernah membaca karya-karya Victor Hugo. Pemikiranku itu setidaknya yang memotivasi untuk mencari karya-karya Victor Hugo, salah satunya adalah Les Miserables
Victor Hugo (http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e6/Victor_Hugo_by_%C3%89tienne_Carjat_1876_-_full.jpg/225px-Victor_Hugo_by_%C3%89tienne_Carjat_1876_-_full.jpg) |
Apa yang dapat
kita ketahui tentang kemiskinan? Sudah jelas, kemiskinan pasti berhubungan dengan kemelaratan, kegelapan,
keputus-asaan. Negara bisa jadi miskin meski memiliki uang yang lumayan banyak
jika ditelaah dari perspektif mikro manusia. Tetapi, jika dilihat dari skala
makro, contohnya Indonesia, Negara kita masih lebih miskin daripada Negara
tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Kemisikinan
telah menjadi turunan. Mungkin bisa saya
bilang, kemiskinan itu, adalah takdir dari Sang Maha Kuasa. Entah sejarah
kemiskinan berasal dari mana, tetapi hampir
dua abad yang lalu, Victor Hugo berhasil mengabadikan potret buram kemiskinan
–di Paris, Perancis- melalui novel yang popular abad itu, “Les Miserables” atau
Kemiskinan.
Melalui Jean
Valjean, tokoh utama, seorang narapidana yang akhirnya menemukan jalan-Nya,
kita bisa melihat lika-liku kehidupan kemiskinan yang ada zaman prarevolusi Perancis
tersebut. Kehidupan Jean Valjean yang begitu miskin dan
melihat keluarganya yang lapar, membuatnya mengambil keputusan untuk memecahkan
kaca took roti dan mencuri roti didalam took tersebut.
Alhasil, dengan
hokum Perancis yang saat itu dirasakan adil- bagi para penegak hokum itu- Jean
Valjean dimasukkan kedalam Kapal Penjara. Di kapal, yang juga menjadi penjara
itu, dia dikurung selama 19 tahun karena ketidakadilan.
Disini bisa kita
ambil kesimpulan bahwa hukum yang seharusnya berbuat adil, membuat
masyarakatnya terasingkan, disingkirkan dari peradaban manusia, dikurung
dipaksa bekerja di Kapal, hanya karena mencuri sepotong roti.
Sedangkan
dibelahan dunia yang lain, para raja lalim sedang memangku kakinya. Hukuman
membuat Jean Valjean seakan-akan dibuang dari kehidupannya. Tragis dan Ironis.
Siapa yang harus
disalahkan ?
Setelah bebas,
kebijakan yang diterapkan saat itu juga menghegemoni masyarakat disana.
Kebijakan mempengaruhi perilaku masyarakat. Tidak ada yang bisa dikatakan
“konservatisme”. Alih-Alih percaya kepada otoritas agama dengan garansi
keberkahan untuk seluruh umat, masyarakat dominan berperilaku seperti orang
yang tidak beragama.
Les Miserables sejatinya tidak hanya berbicara tentang kemiskinan, Novel-yang berhasil diterjemahkan dalam beberapa bahasa dan dijual ke seluruh pelosok negeri - ini sejatinya berbicara tentang nilai-nilai kemanusiaan.
0 komentar:
Posting Komentar