Catatan & Puisi

Karta Pustaka Tutup !


Dua pria sedang menata beberapa tumpukan buku yang sudah diikat-ikat. Didepan mereka terlihat belasan  tumpukan buku lainnya yang berjejer. Sebagai backgroundnya, ada 3 lemari- yang masing-masingnya memiliki 4 letakan buku- yang terisi penuh oleh buku. 


Suasana seperti itu saya lihat ketika saya melihat Headline foto Kompas hari ini (4 Des). Ya, hanya sebuah foto. Tapi, ketika membaca caption foto tersebut, muncul pertanyaan-pertanyaan dalam benakku. Caption fotonya seperti berikut:

"Sekitar 10.000 judul buku koleksi Yayasan Karta Pustaka dijual di gedung Pusat Kebudayaan Indonesia-Belanda Karta Pustaka, Jalan Suryodiningratan, Yogyakarta, Rabu (3/12). Penjualan aset tersebut menggalang dana guna menutup kebutuhan biaya operasional yayasan itu. penjualan buku yang sebagian besar berbahasa Belanda tersebut berlangsung hingga 6 Desember."

Mata saya kemudian bergeser ke kanan dan membaca judul berita tentang Karta Pustaka tersebut. "Karta Pustaka Ditutup: Hilangnya Tonggak Memori Kebudayaan"

Kemudian saya membaca beritanya sampai habis. Saya sebelumnya tidak pernah tau tentang Karta Pustaka maupun koleksi buku-buku kebudayaanya tersebut. Saya kemudian menyadari betapa bodohnya saya selama berapa tahun hidup di Jogja, tetapi tidak pernah mengetahui lembaga nirlaba tersebut.

Secara pustaka, Karta Pustaka mempunyai banyak literatur tentang kebudayaan dan sejarah Indonesia. "Sejarah bagaimana kegiatan mewujudkan kegiatan budaya di Yogyakarta tahun 1970-an semua juga  tersimpan di sana.," menurut berita di Kompas tersebut.

Paling tidak Karta Pustaka, menurut Direktur Karta Pustaka Anggi Minarni, dalam berita tersebut, telah menyelesaikan misinya sebgai lembaga yang mampu membangun spirit relasi budaya antar bangsa, khususnya Belanda dan Indonesia. Dari berita itu juga dijelaskan bahwa penjualan aset lembaga yang berdiri pada tahun 1998 tersbut adalah usaha untuk memenuhi pesangon karyawan.

Banyak para sastrawan dan cendekiawan budaya, menurut berita tersebut, kecewa dan merasa miris akan tutupnya Karta Pustaka.

Dari berita itu, secara radikal saya coba menarik kesimpulan bahwa hal itu terjadi karena peran negara yang sangat minim terhadap lembaga-lembaga kebudayaan dan juga bagi para pelaku-pelaku budaya atau budayawan tersebut. Begitu Ironis!!!




0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.