Selasa 6 Mei 2014 (Pondok)
Lama
sudah tak kusentuh buku catatanku. Pernah suatu hari diriku berjanji untuk
mencatat setiap aktivitas yang kulakukan. Tetapi itu semua berlalu. Hanya tahan
beberapa minggu saja, kemudian raib. Haha, panas-panas tai ayam.Tetapi
sempat terbesit keinginan untuk menulis catatan pribadi lagi. Misalnya ketika
menonton film-film yang membangun rasa untuk menulis. Salah satu contohnya adalah
Gie. Dia bisa dibilang salah satu sumber inspirasi aktivis mahasiswa. Di
kalangan mahasiswa, khususnya yang berkecimpung sebagai organisatoris, Gie
layaknya sesosok jelmaan yang mencerahkan kehidupan perjuangan mahasiswa.
Akan
tetapi , untuk menjadi seperti dia menurutku sangat butuh kerja keras yang
tinggi. Membaca dan berdiskusi haruslah menjadi seperti
kebutuhan. Aku terinspirasi oleh sosok Gie, sehingga ingin membuat
catatan-catatan pribadiku. Tapi, apa daya, selalu saja kandas dan kurang intens dalam
menulisnya.
Aku
tau bahwa menulis itu sangat baik. Entah dari beberapa bacaan yang kubaca. Kalo
menurut Hatta, menulis adalah suatu cara untuk berkomunikasi dengan orang
ramai. Bahkan sampai matipun, kita masih bisa membagi pikiran-pikiran kita kepada
orang banyak dan sampai beratus-ratus abad.
Coba
saja bayangkan, bagaimana jika para filsuf dan ilmuwan itu tidak memanfaatkan
Bahasa tulisan? Mungkin dunia tidak akan berkembang dan masih akan terus
primitif. Soalnya tidak ada warisan kepada para penerus atau generasi
selanjutnya.
Tetapi,
kembali lagi, sangat susah untuk membudayakan menulis yang baik. Sangat susah.
Idealnya, ya harus nulis setiap hari. Pepatah mengatakan “Ala bisa Karena
Biasa”. Jadi memang harus dibiasakan.
Aku
pernah menulis (bukan catatan harian), tetapi lebih kea rah kritik atas suatu
permasalahan dan tulisan yang kuperoleh atas ilmu yang baru aku peroleh.
Misalnya, saat itu aku tertarik dengan Sejarah FIlsafat, khususnya pada masa
Abad Kegelapan dan renaisans. Aku tulis begitu saja sesuai pemikiranku dan
mencoba meramunya sendiri dari berbagai literatur filsafat. Akan tetapi, hasilnya,
aku malas untuk melanjutkan tulisan itu lagi. Haaaaaa... sialan.
Materi
yang lain lagi soal Marxisme, Hindia Belanda, Anti-kekerasan dll. Tapi
kesemuanya itu, lagi-lagi tidak selesai tergarap. Apakah yanh menjadi
permasalahan? Sejauh ini aku sendiri mengidentifikasi bahwa diriku sangat
terlalu egois untuk membuat agar tulisan itu berisi dan kereen.. Itu yang
membuat lama prosesnya, mulai dari pencarian literature dll. Tapi, bukankah
seperti itu seharusnya? Itu yang masih harus diselesaikan.
Yang
jelas, aku ingin terus menulis, entah tentang apa. Sebenarnya menulis itu
gampang... Cuma yang bikin lama itu ya soal pencarian literatur-literatur pendukung
lainnya. Mungkin untuk permulaan ya gak masalah untuk menulis dear diary dulu.
Tetapi ya gak melulu soal aktivitas aja, tetapi mungkin akan diselipkan
berbagai pemikiran-pemikiran ataupun renungan, agar bisa sedikit menyamai Gie. Amin
Hari
ini salah satu teman saya, yaitu Arifin memancing aku dengan suatu pertanyaan
yang membuat saya terkejut. “Bagaimana cara mengatasi peradilan di Indonesia?”
kata dia. Aku langsung saja dalam hati, tumben nih anak nanya soal ginian.
Menanggapi
pertanyaan tersebut, memang sangat kompleks kondisi permasalahan peradilan di
Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi peradilan di Indonesia yang
sangat mendiskriminasi hak-hak kaum lemah. Bayangkan saja, seorang pencuri
sandal bisa dihukum dengan keji, sedangkan para koruptor yang nyatanya telah
merugikan Negara masih bisa nyantai di penjara dengan fasilitas yang memadai.
Sebenarnya yang jadi permasalahan, menurutku adalah sistem.
Semua
kembali dan tunduk kepada Sistem yang dianut suatu Negara. Tetapi hal mendasar
yang perlu diubah adalah mengenai mutu pendidikan mahasiswa sekarang. Itu
sangat Vital. Ketika rasa-rasa social tidak diajarkan, ya jadinya seperti
politikus kita saat ini.
http://fc09.deviantart.net/fs70/f/2011/025/6/9/marxism_design_by_mgwinc-d37zx7y.jpg |
Mengenai
sosial, aku saat ini memang sangat menggandrungi paham Marxisme, dimana
Sosialisme itu diformulasikan Marx. Entah kenapa, ak sendiri menganggap bahwa
sosialismelah paham yang benar-benar menjunjung tinggi rasa kemanusiaan dan
egaliter.
Entah,
mungkin karena filosofis manusia itu semuanya diciptakan sama dan sederajat,
maka ak lebih condong ke sosialisme. Tetapi entah mengapa sosialisme sekarang
ini mengalami sedikit kemunduran dan tak terdengar gaungnya. Bahkan Negara
komunis seperti Cina dan Kuba seakan-akan berhianat terhadap doktrin-doktrin sosialisme. Bayangkan saja ketika suatu Negara komunis memakai sistem
kapitalisme dalam perekonomiannya. Sangat bertolak belakang sekali dan juga
kontradiksi,
Kapitalisme,
bisa dibilang, adalah musuh abadi Sosialisme, Marxisme dan Komunisme.
Marx
sendiri sangat menghujat kapitalisme, karena itulah yang membuat ketimpangan
dan menciptakan kelas-kelas pada masyrakat. Sehingga ada yang disebut “Si Miskin”
dan “:Si Kaya. Ada lagi yaitu “Penindas” dan “Yang Ditindas”. Adalagi yaitu
“Penghisap” dan “dihisap”. Bukankah manusia mempunyai peluang atau hak yang
sama dalam kehidupannya untuk sejahtera? Ya, tapi, menurutku, kapitalisme
walaupun berdalih agar timbulnya minat orang-orang untuk mencari modal dll, tetap
tidak akan menghapuskan kelas-kelas dalam masyarakat itu.
Kapitalisme
menjujung tinggi kebebasan kepada setiap orang untuk mencari kebutuhan
hidupnya, itu memang bagus, tetapi itu semua mengarah kepada doktrin-doktrin
individualism yang cenderung negative dan apatis terhadap ketimpangan.
Para
individualis ya hanya mementingkan dirinya sendiri ketimbang masyarakat secara
kolektif. Seakan-akan mereka hidup sendiri. Membahas masalah ini tidak akan habisnya,,,
hahahah. Mungkin aku meyakini dan berpegang teguh ihwal pernyataan Karl Marx,
“Akan timbul masa dimana kapitalisme itu hancur, dan.....” selanjutnya lupa,,
hahaha.. pokoknya pada suatu saat kapitalisme itu akan hancur sendiri karena
dirinya sendiri, dan itu semua tinggal menunggu waktu. Menunggu waktu untuk
membawa masyarakat kepada peradaban yang baru dimana, mengutip pernyataan kaum
Sosialis Utopian, “ Negara sudah tidak dibutuhkan lagi”
0 komentar:
Posting Komentar