Catatan & Puisi

"Kartu Sakti Jokowi"
(http://cdn-media.viva.co.id/thumbs2/2014/11/03/277225_tjahjo-kumolo-pantau-pendistribusian--kartu-sakti--di-fatmawati_663_382.jpg)

Tulisanku kali ini memang tidak berkaitan langsung dengan disiplin ilmu yang saya pegang, yaitu Teknik SIPIL. Tapi itu semua bukan menjadi halangan maupun rintangan untuk saya menulis tentang masalah ekonomi. Apa salahnya mahasiswa Teknik Sipil menulis tentang ekonomi?
tidak salah bukan...
Program andalan Jokowi ini- selain Poros Maritimnya- sering kita dengar belakangan ini. Mulai dari Debat Pilpres, Jokowi sering "mempromosikan" abstraksi dari apa yang saat ini kita kenal sebagai Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Keluarga Sejahtera.
Jika ditelaah, ada niatan yang baik terkait 3 kartu ini. pemerintahan Jokowi ibaratnya tidak lepas tanggung jawab terkait masyarakatnya yang tidak mampu. Objek dari kartu ini, menurut Liputan 6 dalah masyarakat prasejahtera yang memiliki Upah Minimun Regional (UMR) dibawah standar.
Hal-hal "indah" melalui berbagai pernyataan Jokowi, pengamat, ahli, dan media tentang kartu sakti tersebut memang enak didengar.Tetapi dibalik itu semua, ada satu kecacatan dalam kartu sakti tersebut.
Kartu Sakti, menurut saya, bukan menjadikan masyarakat kelas bawah menjadi "sakti", justru kartu itu membuat masyarakat menjadi "sakit".
Kritik yang sama kepada program Bantuan Langsung Tunai di era SBY, bisa digunakan untuk "Kartu Sakit" ini. seperti yang kita ketahui, BLT dan kartu sakit ini tidaklah beda. Bentuk kemasannya saja yang mungkin berbeda. Tapi sifatnya yang menjadikan masyarakat "sakit" tidak akan luntur.
"Sakit"nya tuh dimana pemerintah secara sadar membentuk paradigma yang akan membuat masyarakat menjadi malas. Stimulus bantuan seperti itu tidak mendidik masyarakat untuk berusaha memperbaiki nasib.
Dan, lagi dan lagi, Kartu Sakit ini membuat suatu kontradiksi dengan pernyataan jokowi yang ingin mengembangkan sektor produktif masyarakat dari seluruh kelas masyarakat.
Sama halnya saja, membuat satu kelas masyarakat untuk tetap konsumtif. Masyarakat yang menjadi targer Jokowi dalam Kartu Sakit ini akan semakin konsumtif.
Saya sepakat dengan membangun sektor produktif dalam masyarakat. Tetapi bukan berarti kelas bawah menjadi pengecualian. Bukan berarti kelas bawah harus dicokol dengan 3 Kartu itu, baru mereka produktif. Bukan seperti itu.
Jokowi harus menguatkan basis struktur ekonomi kelas bawah tersebut dengan cara memandirikan ekonomi mereka. Tanpa kemandirian dan perkuatan basis struktrur ekonomi tersebut, masyarakat kelas bawah akan tetap terpuruk.
Apalagi MEA sudah tak terelakan lagi.
(@ruanganMerahLPMSOLID)

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.