Cerita di Jakarta

Tak terasa, 2 bulan lebih sudah saya lewatkan, banting tulang tuk bekerja di Ibukota. Tak terasa pula sudah lama saya tidak menulis dan tidak mengisi blog yang selama ini sudah tak terurus, hanya ada debu dan sarang laba-laba.

Kurang lebih 2 minggu pasca wisuda di akhir Januari 2018, saya bersama kedua orang tua saya berkunjung ke Ibukota. Kunjungan ke Ibukota tersebut menyangkut kepentingan ayah saya. Ada seorang kawan yang beliau ingin temui guna bekerjasama.

Setelah hampir 5 hari disana, saya membuka Instagram dan melihat stories dari seorang kawan perkuliahan yang bekerja di proyek MRT Jakarta. Saya lalu mengomentari storiesnya dan bertanya seputar pekerjaan yang digarapnya.

Pun tak lama saya ditawarkan untuk bergabung mengisi posisi yang masih dibutuhkan di perusahaan konstruksi tersebut, tanpa ada syarat yang cukup berat. Yang terpenting adalah kemauan, ditambah membawa pakaian dan perlengkapan pribadi karena tempat tinggal/mess sudah disediakan.

Tawaran tersebut langsung kubicarakan dengan kedua orang tua saya. Orang tua saya justru sangat mensupport untuk pengalaman kerja disana. Namun sempat terjadi beda pendapat, saya ingin agar bisa pulang ke jogja dulu untuk mengambil perlengkapan pakaian dan lain-lain, karena jujur perlengkapan yang saya bawa cuma pakaian untuk keperluan waktu tidak sampai seminggu.

Namun ayah saya menyarankan untuk tidak balik dan langsung saja pergi ke mess untuk mulai proses bekerja. Urusan pakaian dll kata bapak saya nanti akan dicari. Ayah saya memang terkenal hebat dengan spontanitas cara berpikirnya. Pertimbangannya adalah jika saya balik ke jogja, akan memakan waktu & biaya lagi. Sementara posisi pekerjaan sudah sangat dibutuhkan.

Akhirnya saya memutuskan untuk langsung saja, mengikuti saran ayah saya. Sebelum berangkat ke mess, sehari sebelumnya, saya bersama ibu pergi ke tanah abang untuk belanja perlengkapan pakaian. Mulai dari kemeja, jeans dan dalaman. Kurang lebih masing-masing cuma 2 stel pasangan saja.

Tanpa pikir panjang besoknya, saya bersama kedua orang tua saya pergi ke mess yang berada di daerah jakarta selatan. Penginapan kami berada di jakarta pusat, yakni daerah kebon kacang, dekat dengan tanah abang, bundaran HI, Thamrin, dan sarina. Betul-betul di jantung Jakarta. Perjalanan kesana memakan waktu kurang lebih 45 menit.

Sesampai mengantar saya, kedua orangtua saya langsung pamit untuk balik ke penginapan. Perasaan sedih pun datang.

Dan hari itu juga saya langsung melakukan induction atau pengenalan bagi para pekerja baru. Induction adalah semacam pemberian materi tentang K3, terutama pada pekerjaan yang berada di ketinggian. setelah sedikit materi ada tes yang juga berhubungan sesuai materi. 

Ruang kelas dipenuhi manusia, karena sistem induction tidak dipisah antara para manpower (buruh bangunan/pekerja kasar) dengan pekerja-pekerja seperti kami yang tidak jauh dari pelaksana lapangan, surveyor, quality control dll. 

Diawal sempat gugup dan meminta saran kawan saya. Dan dengan santai dia bilang "tak usah takut, anak SD saja bisa jawab soal seperti itu". Aku tertawa saja dalam hati. hahaha. 

Dan ternyata memang soalnya begitu mudah, karena soalnya disesuaikan dengan standar para manpower yang mohon maaf memang memiliki latar belakang pendidikan cuma sampai SMP/SMA. 

Proses induction memakan waktu dari pagi sampai sore. Akhirnya kami mendapat stiker untuk ditempelkan di Helm proyek. ada kurang lebih 3 stiker. 1 nama kontraktor, 1 lagi tanda kalau kita sudah lulus tes materi ketinggian, 3 yakni stiker untuk mengisi nama. 

Besok hari, saya sudah berada dilapangan dan tidak tahu mau berbuat apa sebagai superviser sipil. hahaha