Taman Alam Poboya
yang terletak 7 km ke arah timur kota ini pada pinggir sebuah bukit
yang ditutupi oleh kayu-kayu gaharu memberikan suatu pemandangan yang
menarik di lembah dan teluk kayu. Suaka ini merupakan suatu lokasi
kemping/berkemah.
Potensi emas di Poboya
Emas di Poboya benar-benar menjadi magnit. Diperkirakan ratusan,
bisa ribuan penambang, berikut penadah tengah mengadu untung di lokasi
ini. Omzetnya pun gila-gilaan, miliaran setiap harinya. Data tak resmi
menyebutkan setiap harinya puluhan kilogram emas berhasil didulang,
dengan kadar 40-60%. Harga jual pun fantastis, rata-rata Rp. 60-130 ribu
per gram. Menjualnya tak sesulit mendulang. Di sekitar desa Poboya,
para pembeli telah siap menggelontorkan uang untuk setiap gram emas,
logam yang tak lekang nilai keasliannya sepanjang sejarah.Desa yang
pernah melambung namanya karena menjadi lokasi eksekusi Fabianus Tibo cs
(terpidana mati atas kasus kerusuhan Poso, kini kembali melambung bak
meteor. Anda berminat datang?
Poboya
Poboya kini sebuah wilayah kelurahan di Kecamatan Palu Timur, Palu
Sulawesi Tengah. Tak diketahui secara pasti sejak kapan orang-orang
mulai menambang emas di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Poboya ini.
Penduduk setempat mengenalnya sebagai lokasi kegiatan anak-anak
Pramuka. Aktivitas mulai sesaat setelah sejumlah geolog yang dikirim PT
Citra Palu Mineral/CPM (perusahaan patungan PMDN dan PMA) pada akhir
tahun 1998 melakukan pengeboran pada beberapa titik di lahan konservasi
ini. Mereka mengambil sampel tanah mengandung emas guna kepentingan uji
laboratorium. Pada awalnya, hanya segelintir penduduk setempat yang
mendulang emas. Pola penambangannya pun terbatas, dan hanya mendulang
di sekitar aliran Sungai Poboya.
Cuaca panas ini tak membuat penambang emas di Kelurahan Poboya, Kota
Palu, Sulawesi Tengah, beranjak dari tempatnya memecah batu. Sebagian
mengaso sebentar, berdiri lagi, lalu mengambil martil dan linggis untuk
kembali sibuk menggali tanah dan memecah batu. Poboya hampir tak pernah
tidur. Sejak pagi hingga malam, suara pukulan martil dan linggis beradu
dengan batu-batu keras hampir tak pernah berhenti. Truk, mobil bak
terbuka, dan kendaraan roda dua hilir mudik mengangkut karung berisi
batu menuju permukiman terdekat di Poboya berjarak sekitar 10 kilometer.
Jalan tanah sempit dan berbatu menyeberangi sungai bukan hambatan.
Di rumah-rumah penduduk di Poboya, aktivitas warga tak kalah sibuknya.
Membongkar karung, memukul batu hingga setengah hancur, lalu menggiling
dalam tromol menjadi pemandangan lazim di rumah warga. Di lokasi
penambangan tidak memungkinkan mengoperasikan tromol. Di rumah penduduk,
kepingan batu dicuci dengan air raksa (merkuri) untuk memisahkan
butiran emas dari tanah. Namun, tak semua batu mengandung emas. Kerap
terjadi, tak sebutir emas ditemukan meski berkarung-karung batu yang
dihancurkan. Namun, jika nasib lagi baik, batu-batu yang digali dan
dihancurkan berisi butiran emas.
Poboya kini bak tanah harapan bagi penambang yang kian banyak
berdatangan. Warga setempat pun seperti tak hirau. Sebagian malah
mendapatkan keuntungan dari sewa tanah yang kebetulan berada di areal
penambangan. Sebagian mendapatkan penghasilan dari uang jasa keluar
masuk areal pertambangan sebesar Rp 10.000 per orang, sewa tromol, atau
buruh angkut. Di kota Palu, beberapa bulan terakhir, mulai munculusaha
bengkel las baru, untuk keperluan para penambang. “Awalnya bengkel las
kami hanya melayani pengerjaan las biasa.
Tapi ada beberapa pelanggan yang ingin dibuatkan tromol. Kami tertarik
dan mencoba membuat tromol dengan berbagai ukuran,” ujar Eman, seperti
dikutip harian Mercusuar. Sejak maraknya penambangan rakyat di Poboya,
bengkel las yang terletak di Jalan Veteran ini, telah banyak melayani
pesanan pembuatan tromol yang dipakai “menangkap” bijih emas. Kini dalam
sehari ia bisa menjual 10-20 tromol yang telah siap pakai dengan harga
bervariasi. Untuk tromol ukuran 45 X 60 M, dengan ketebalan 12 mm,
dihargai Rp2,15 juta. Sedangkan ukuran 50 X 60 tebal 15mm dijual dengan
harga Rp2,3 juta. Selain itu, Eman juga menjual alat tumbu-tumbu yang
berfungsi untuk menghaluskan batu yang mengadung emas, dengan harga
Rp17,5 juta.





0 komentar:
Posting Komentar