Catatan & Puisi

Mengingat-ingat Grup BBM "Mahasiswa UII Bergerak"



Saya kerap kali memikirkan tentang bagaimana langkah praxis kedepan terkait wacana-wacana revolusioner yang sering didiskusikan dengan teman-teman gerakan mahasiwa. Beberapa bulan yang lalu, walaupun hanya di grup BBM, wacana menginisiasi elemen-elemen gerakan mahasiswa sebenarnya sudah mewujud.

Saat itu, ditengah-tengah konflik rembang yang memanas, dan setelah pemutaran film dan diskusi Samin Vs Semen di FTSP, geliat gerakan mahasiswa setidaknya sudah memanas. Kawan-kawan GMNI FH UII, kalau tidak salah datang ke diskusi film itu. Dan beberapa hari setelah itu -sehabis konsolidasi malamnya di FTSP dengan Aliansi Mahasiswa Jogja Peduli Rembang- teman-teman GMNI juga turun kejalan. Bahkan menjadi kordinator umum dalam aksi ke depan gedung rektorat UGM.

Setelah itu, beberapa kawan-kawan yang terjaring dalam AMJPR, terkhususnya aktivis dari UII-nya, mulai sering berdiskusi. Mungkin saat itulah muncul grup BBM "Mahasiswa UII Bergerak" yang kalau tidak salah dibuat oleh kawan-kawan persma UII. Kalau tidak salah loh.

Saya juga ikut di invite ke grup itu. Ada banyak aktivis pergerakan eksternal kampus. HMI MPO, HMI DIPO, PMII, dan GMNI. Dari internalnya hanya bebrapa kawan persma.

Dari diskusi awal dichat, terlihat pembicaraan yang serius soal problematika di UII seperti persoalan gedung FIAI, alat parkir tiket, dan beberapa isu-isu lainnya.

 Kurang lebih sudah 2 atau 3 kali ngopi bareng, dan berhasil mendapatkan suatu sintesa. Bahwa akar penindasan ada pada badan wakaf UII. Sehingga kami memutuskan untuk membuat semacam kajian mingguan untuk menganalisa peran serta fungsi badan wakaf. Disitulah setidaknya, kalau tidak salah ingat, akhir dari wacana mengkaji badan wakaf. Simpelnya, tidak ada niatan yang luhur untuk menganalisa. Entah karena sudah semakin sibuknya kami semua. Saya juga bingung. Mengajak ngopi saja, setelah 3 pertemuan itu sangat susah. Alhasil, saya keluar dari grup BBM itu. Jalan pintas seorang yang tidak berusaha dengan giat.

Saya dengar-dengar dari kawan-kawan yang masih bergabung dengan grup itu, sepertinya grup itu sudah jarang diskusi. Kurang bergairah untuk berdiskusi. Sepertinya tidak ada pemantik.

Itulah yang saya alami. Tapi, ya sudah, mau di apa. Apa yang dibilang kawan saya dalam diskusi pertama dimana "Kita butuh menghapus sekat-sekat antar tiap elemen gerakan mahasiswa UII", sepertinya sangat sulit tuk diwujudkan

Tidak ada teori, apalagi praxis. Tapi saya bersyukur bisa bergabung dengan grup itu, bisa mendapatkan teman-teman diskusi yang baru. Mereka semua kritis, tapi, tidak ada kesatuan antara apa yang diucapkan dengan tindakan. Saya juga sama. Mungkin sekian.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.