Catatan & Puisi



Masih sama saja dari hari-hari yang lalu, didepan laptop. Entah kenapa, padahal hari ini aku sudah punya rencana untuk membagikan majalah ke halte transjogja dan beberapa buat bus angkutan perkotaan. Tapi, semuanya sirna ketika aku ternyata bangun sekitar jam 10 pagi. Sebenarnya bisa sih, kalau saja saat itu aku langsung bergegas mandi dan pergi. Tapi, aura kamar ini sungguh lebih kuat tarikannya dibandingkan yang lain. Alhasil, setelah aku bangun, biasalah pekerjaan anak muda jaman sekarang, langsung buka hape. Cek FB, tengok-tengok dikit BBM, Line, dan sedikit baca berita online.

Paling tidak saat masih pegang hp, aku kemudian langsung kepikiran motor yang pajaknya menunggak. Setelah itu aku mencari-cari di internet bagaimana sih cara membayar pajak kendaraan bermotor. Simpelnya, perpanjang STNK dll. Aku kemudian mendapatkan berita di online bahwasanya membayar pajak bisa dilakukan dengan online. Tapi, sayangnya cuma untuk daerah jabodetabek, kalau enggak salah ya. Setelah itu aku membuka salah satu link website dimana disitu menyebutkan bahwa kita bisa mengecek pajak kendaraan bermotor kita melalui SMS. Untuk daerah DIY (karena motorku bekas, dan beli di daerah Sleman-kebetulan tepat disamping kosanku tempat jual belinya) cuma ketik DIY (spasi) no plat. Terus kirim ke 9600.

Akhirnya muncullah pesan seperti berikut ini:

HONDA; NF 125 D (KARISMA);2003;HITAM;MASA PKB: 04-06-2015;  PKB: Rp 191.600; BBN; Rp, 0; Status:OK; Info:0274868563 (SAMSAT SLEMAN)

Entah, aku bingung dengan pesan itu. Mungkinkah pajak yang harus kubayar sebesar Rp. 191.600, atau jangan-jangan yang Rp.0 itu. Ah, sudahlah.

Setelah itu aku mencari tahu tahap-tahap untuk membayar pajak. langkah-langkah awalnya sih gampang, persiapkan fotokopi KTP, fotokopi STNK, dan fotokopi BPKB. Nah, yang akhir ini yang bikin putar otak. BPKB-ku belum balik nama. Kayak mana caranya mau perpanjang, masak mau minta KTP pemilik sebelumnya? Mana kutahu pemilik sebelumnya siapa, orang motor itu dibeli di tempat penjualan motor bekas.

Lalu aku lihat lagi, mungkin ada caranya. "Oh ya, kenapa tidak balik nama saja dulu" pikirku. Aku kemudian browsing lagi, cari tahap-tahap balik nama BPKB. Tapi, ada satu syarat yang bikin aku putar otak lagi. Yaitu kwitansi pembelian motor dengan materai sebesar Rp.6000. Alamak, kan kemarin pas bapak beli motor ini denganku tidak meminta kwitansi pembeliannya. Lagi pula bapakku sendiri yang bilang, "Ah sudah, gak masalah, nanti perpanjang STNK sama mereka (tukang jual motor) saja". Ya, sudah karena bapak memang berpengalaman dalam hal jual-beli kendaraan, terutama dulu sempat jadi pihak ketiga dalam jual-beli mobil, aku langsung ia-ia saja.

Baru sekarang kerasa kalau itu semua penting. Dan kenapa dari dulu tidak terpikirkan olehku untuk membayar pajak itu. Ah, sudahlah. Aku pasrah saja, mungkin nanti aku akan pergi ke tempat jual-beli motor bekas itu dan meminta kwitansi pembelian motor yang sudah dibeli tahun lalu ini. Paling minggu depan.

Setelah sibuk dengan STNK dan BPKB itu, aku, membaca sedikit berita online. Saat scroll kebawah, aku menemukan berita bahwa Deddy Corbuzier akan pensiun dari dunia sulap yang telah digelutinya selama puluhan tahun. Alasannya sih karena ingin fokus ke anaknya dan fokus dengan hobi-hobi lainnya seperti membaca dan memasak. Ia juga beralasan bahwa mundurnya ia dari dunia sulap akan memberikan kesempatan bagi pesulap-pesulap muda untuk berkembang. Sungguh orang tua yang tahu diri.

Setelah itu, entah mengapa jari ini justru menekan "deddy corbuzier" di google search, langsung saja jari ini mengklik "images". Sudah, aku seperti gay yang melihat foto pria itu. Langsung saja, aku terkesima dengan eight-pack ala Corbuzier. Beda sekali antara Deddy yang sekarang dengan Deddy yang masih awal-awal dalam dunia sulap itu. Dulu badannya gemuk dan berisi. Tidak kekar seperti pendekar.

Sudah aku langsung terinspirasi untuk melakukan OCD (Obsessive Corbuzier Diet) lagi. Kenapa lagi? karena tahun lalu, kalau tidak salah, aku pernah mencoba diet ala Corbuzier itu. Tapi tidak menentu dan tidak konsisten. Seharinya OCD, besoknya enggak. Terus, melihat perut yang sudah mulai membesar ini, aku jadi terinspirasi kembali untuk OCD. Langsung saja aku download aplikasi androidnya. Aku tentukan jendela makanku selama 8 jam. Dari jam 12 siang sampai jam 8 malam. Paling tidak itu yang disarankan Corbuzier untuk pemula. Seminggu jendela waktu 8 jam, seminggunya lagi dikurangi menjadi 6 jam, dan seminggu setelahnya lagi dikurangi menjadi 4 jam. Setelah itu bisa puasa 24 jam dalam 2 minggu sekali. Alamak, bisakah aku menyelesaikan tantangan Om Deddy itu? Mudah-mudahan bisa.

Di aplikasinya itu sangant lengkap, ada "How to"nya, terus ada beberapa excercise kecil-kecilan untuk mengurangi kalori. Ya, olahraga kecil-kecilan lah. Akhirnya saat itu, jam 11 siang, aku memutuskan untuk mencoba exsercise-nya. Awal-awal, aku berpikiran "ah biasa saja". Tiap exsercise adalah selama 30 detik. Sampai exsercise ke 2 saja aku sudah langsung ngos-ngosan. Ah sialan. Tapi aku tetap memaksakan diri untuk menyelesaikan exsercise itu. Latihan itu kurang lebih 10 tipe. Push-up, jumping jack, naik-naik dikursi, dll. Setelah itu aku keringatku berkucur dengan deras. Ah, nikmatnya, sebentar lagi sudah mau buka puasa (jendela makan jam 12 siang). Ya sudah, aku mandi, terus pergi makan. Makannya sungguh terasa nikmat. Joss-lah.

Balik kekosan, seperti biasa, langsung didepan laptop dan browsing. Kemudian aku cek FB dan langsung melihat posting Ridwan Kamil yang sedang menghukum warganya yang melanggar lalu lintas. Hukumannya push-up. Ah, push-up, sudahlah.

Setelah itu aku terinspirasi. Bagaimana jika aku membuat tulisan tentang Ridwan Kamil dan mengirimnya ke Mojok.co? Ah, sudah, tanpa pikir panjang aku langsung menulis. Sementara menulis aku membaca sedikit rubrik "Ayo Kontribusi" di Mojok.co. Disitu disebutkan bahwa Mojok.co memuat artikel yang hanya butuh waktu 10 menit untuk menulisnya, tulisan-tulisan pendek yang dihasilkan ketika diangkot, menunggu antrean, dll. Cukup 5 sampai 10 menit saja, asal kreatif.

10 menit apaan? aku tadi baru habis kelar satu artikel untuk mojok.co itu sekitar jam 5 sore, dimulai dari jam stengah 2 siang. Ternyata susah juga menulis dengan gaya mojok itu. Beberapa minggu yang lalu aku sih sudah tulisan dengan gaya satire ala mojok itu. Tujuannya buat bapak dewan permusyawaratan mahasiswa yang terhormat. Untuk menulis itu, aku tidak cukup lama. Paling cuma 2 jam. Itu semua karena memang aku mengetahui kondisi perpolitikan di UII dan apa saja yang kurang-kurang. Sindirannya juga cepat melayang.

Soal Ridwan Kamil, aku memutar otak untuk mencari tahu kondisi kekinian yang sedang menghebohkan. Beberapa minggu yang lalu, orang-orang mojok sih sedang senang-senangya memosting soal Kang Emil dan Uni Fahira. Mungkin saja kalau menulis Ridwan Kamil for presiden akan menarik (meskipun isu-isu itu sudah usang, kalau tidak salah pas jamannya KTT Asia Afrika).

Sudah, aku menulis, kemudian tadi sore langsung mengirimnya ke redaksi Mojok.co. Ah, sebenarnya aku pesimis tulisanku itu akan dimuat. Hanya keberuntunganlah yang bisa menolongku. Soalnya, tulisanku itu,,, "Ah sudahlah", kata Babe Cabita.

Ya sudah, tinggal menunggu kabar saja. Kalau memang tidak dimuat di Mojok.co, paling ya dimuat diblog saja. Hahaha

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.