Catatan & Puisi



Catatan: Vickynisasi tidak bermasalah sejauh itu tidak digunakan untuk menyombongkan diri. Sama halnya juga dengan retorika. Retorika pun tidak bermasalah sejauh retorika tersebut tidak digunakan untuk mengulur-ngulur waktu Sidang, tidak digunakan untuk menyombongkan diri dan juga tidak digunakan untuk mengibuli bin membodohi peserta maupun peninjau serta pengunjung SU KM UII.

Seperti halnya Kak Vicky Prasetyo yang kemudian dianggap berasal dari masa depan -karena penggunaan istilah yang melampaui jaman-, saya rasa Legislatif Universitas Perwakilan FH UII, dalam SU KM UII ke-36 ini, juga demikian. Namun ada plusnya, yakni: Melampaui budaya, pengetahuan, intelektual, dan daya kritis "masyarakat" bin hadirin serta hadirat (peninjau,pengunjung, peserta) Sidang Umum KM UII- dimana Sidang Umum itu merupakan sidang yang naudzubillah tingginya bagi mahasiswa UII.

Bagaimana tidak, segala istilah dan pengertian hukum yang mahasiswa awam tidak mengetahuinya, selalu disebutkan dan direproduksi terus-menerus oleh "kawan-bosku" aktivis mahasiswa FH UII ini. Segala yang tidak terang, dibuat terang oleh kaum cendekiawan mahasiswa FH UII ini. Maka, seperti dalam tulisanku semula, saya justru menaruh harapan kepada kawan aktivis mahasiswa sekaligus Legislatif Universitas Perwakilan FH UII, untuk membuat: PDKM UII yang sejelas-jelasnya sampai-sampai menyerupai Kitab Suci umat manusia: Tidak bisa diganggu gugat dan absolut!

Tak bisa dipungkiri, bakat "vickynisasi" ala aktivis mahasiswa FH UII itu sangat berdampak bagi kelangsungan KM UII. Saya menjamin bahwasanya orang yang datang dari masa depan itu lebih mempunyai seperangkat pemikiran dan pemahaman yang lebih joss ketimbang masa kini. Kita bisa membuktikannya dan melihatnya dalam film-film sains-fiksi yang terkemuka di belahan bumi bagian barat itu.

Jika manusia yang berasal dari masa depan mempunyai semacam proyek di masa kini, begitu juga "kawan-bosku al' mukarram bin al' imam aktivis mahasiswa FH UII" ini. Saya menjamin proyek yang mereka kerjakan adalah upaya untuk menyelamatkan "bumi UII dan alam semesta" dari segala macam kesewenang-wenangan dan ketidak-adilan. Mungkin bisa jadi ada semacam proyek "yang kita semua anggap utopis" yang akan digarap oleh mereka. Proyek yang "Legislatif Universitas Perwakilan FH UII" ini lakukan bisa saja merupakan langkah, kalau meminjam istilah dari kalangan Marxist yakni,  "praksis bin emansipatoris". Saya sungguh-sungguh menaruh harapan kepada kaum cendekiawan "yang mulia paduka Legislatif Universitas Perwakilan FH UII" ini.

Proyek emansipasi pertama sudah saya sebutkan diatas, yakni membebaskan redaksional PDKM UII dari segala macam istilah "sesat" yang nantinya akan membuat pemahaman yang berbeda (baca; multitafsir). Proyek emansipasi selanjutnya bisa jadi adalah proyek besar untuk membebaskan ke-apatisan mahasiswa UII. Sungguh para cendekiawan FH UII ini saya jamin telah melihat fenomena ini sebagai penyebab rusaknya bangsa. Mereka sangat jeli membaca realitas yang ada. Saya sangat menjamin bahwa proyek emansipasi yang mungkin akan mereka bawa ini telah melampaui proyek "The Infinite Tsukoyomi ala Madara Uciha di serial Naruto, dimana genjutsu itu digunakan untuk membebaskan dunia dari segala macam penindasan, peperangan antar shinobi dan ke-brengsek-an realitas dunia ninja saat itu. (Episode Naruto kemarin masih menceritakan masa lalu saat mau diselenggarakannya ujian ninja untuk memancing Akatsuki menculik bijuu)

Namun, tidak hanya berasal dari masa depan, cendekiawan ini pun juga berasal dari masa lalu. Jadi, kaum cendekiawan ini berasal dari masa depan dan sekaligus masa lalu. Piye jal, pusing toh?

Begini argumentasinya. Kita selalu melihat bahwa mereka ini selalu berbicara dengan gaya khas dan sungguh sangat hebat-lah dalam vokal. Gaya bicaranya -intonasi,penggunaan diksi, mimik muka- seperti halnya kaum terdidik bin mendidik. Layaknya kaum Sofistis di zaman paidea Yunani Kuno (zaman dimana akar humanisme berkembang), kaum cendekiawan FH UII bisa meyakinkan hadirin dan hadirat Sidang Umum bahwa retorika itu penting untuk "meng-hegemoni" umat. Dengan sedikit ditambah bumbu "vickynisasi", mereka membuat argumentasi yang begitu meyakinkan bagi kalangan mahasiswa lainnya. Sehingga pada nantinya kalangan umat mahasiswa jelatah bisa terkesima dan kemudian takjub melihat "vickynisasi" dan retorika kaum sofistik Yunani Kuno ala Legislatif Universitas Perwakilan FH UII  tersebut.

Lantas, kepada siapa lagi kita menaruh harapan untuk memajukan KM UII selain kepada kaum cendekiawan "Al' mukarram Al' imam" Legislatif Universitas Perwakilan FH UII ini?


1 komentar:

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.